Kisah Nabi Nuh A.S
Nabi Nuh A.s adalah Nuh bin Lamik bin Matwasyalah bin Khanukh (Idris) bin Yarad bin Mahlayil bin Qanin bin Anwasy bin Syits bin Adam A.s.
Jarak antara Adam dan Nuh adalah sepuluh abad, sebagaimana yang di ceritakan Al-Hafizh Abu Hatim bin Hibban, di dalam kitab shahih-nya, bahwa pernah ada seseorang yang berkata : "Ya Rosulullah, apakah Adam itu seorang Nabi?". Beliau menjawab : "Ya". "Beberapa lama jarak antara dirinya dengan Nuh?" tanyanya lebih lanjut. Beliau menjawab : "Sepuluh abad".
Para ulama berbeda pendapat bahwa Nuh A.s, di utus oleh Allah SWT ketika manusia telah menyimpang jauh dari ajaran tuhan yang di bawa oleh nabi sebelumnya, hal ini bisa jadi karena rentang waktu antara Nuh dengan nabi sebelumnya sangat jauh, mereka menyembah berhala tenggelam dalam kesesatan dan ke kafiran, kemudian Allah SWT mengutus Nuh A.s, sebagai rahmat bagi umat manusia.
Allah SWT telah menceritakan di dalam Al-qur-an tentang kisah Nuh dan kaumnya, serta azab berupa taufan yang di turunkan kepada mereka yang kafir, serta bagaimana Allah menyelamatkan Nbi Nuh A.s beserta para pengikutnya yang menumpang kapal bersamanya, kisah tersebut di jumpai di dalam beberpa surat Al-qur-an yaitu dalam surat, Al-A'raf, Yunus, Hud, Al-Anbiya, Al-Mu'minun, Asy-Syura, Al-Ankabut, Ash-Shaffat dan surat Al-Qomar. Bahkan Nuh di tetapkan sebagai nama surat di Al-qur-an.
Nabi Nuh A.s tidak henti-hentinya menyerukan kaumnya agar beriman dan menyembah hanya kepada Allah, namun kaumnya tetap saja melawan dan mendustakannya bahkan menantang Allah agar mendatangkan azab, jika ia benar. Sebagaimana firman Allah yang artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan". Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?" Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui". Dan (dia berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran? Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar". Nuh menjawab: "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan". (Q.S. Hud : 25-34).
Jaman terus berlalu dalam rentang waktu yang cukup panjang, sementara perseteruan dan perdebatan antara Nuh A.s dan kaumnya pun terus berlangsung, selama hampir seribu tahun lamanya Nabi Nuh A.s hidup di tengah-tengah kaumnya, menyerukan mereka agar beriman dan menyembah kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT yang artinya :
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim". (Q.S. Al-Ankabut : 14).
Sekalipun Nuh menyerukan kaumnya dalam waktu yang sangat lama dan panjang, tetapi tidak ada yang beriman kepada Nuh A.s, kecuali hanya sedikit sekali dari mereka, setiap pergantian generasi berlangsung, mereka senantiasa berpesan kepada generasi baru itu agar tidak beriman kepada Nabi Nuh A.s, supaya melawan dan melanggarnya. Setiap orang tua pada saat itu, ketika melihat anaknya tumbuh dewasa, maka akan segera menasehati anaknya tersebut supaya tidak beriman kepada Nuh untuk selamanya, selama hidupnya.
Adalah sudah menjadi watak dan karakter mereka yang selalu menolak ke imanan dan enggan mengikuti kebenaran. Oleh karena itu Allah SWT berfirman yang artinya :
"Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir". (Q.S. Nuh : 27).
Kemudian Allah memerintahkan kepada Nuh agar membuat bahtera (perahu), maka Nabi Nuh A.s membuat perahu besr dari kayu yang pohonnya telah di tanamnya seratus tahun yang lalu. Beliau membuat perahu atas petunjuk, arahan dan dalam pengawasan Allah SWT. Firman Allah yang artinya :
"Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan". (Q.S. Hud :37).
Menurut Ibnu Abbas panjang perahu itu seribu dua ratus hasta, sedangkan tinggi kapal tersebut adalah tiga puluh hasta, bertingkat tiga lantai, tinggi masing-masing tingkat sepuluh hasta. Lantai dasar untuk binatang-bintang, lantai tengah untuk tempat manusia, sedangkan lantai ketiga untuk burung-burung. Pintunya terdapat di bagian samping, dan memiliki penutup pada bagian atas dari setiap lantai.
Melihat Nuh membuat perahu, mereka semakin menertawakan dan mengejek Nuh beserta pengikutnya. Sementara itu, Nabi Nuh A.s merasa heran terhadap sikap kaumnya yang tak bosan-bosannya mengejeknya, tiada mau berhenti dari ke kafiran dan ke ingkaran yang mengakibatkan datangnya azab kepada mereka di dunia, dan di kahirat pun mereka akan mendapatkan azab yang sangat pedih.
Ketika Nabi Nuh A.s melihat tidak adanya kebaikan dan keberuntungan pada diri mereka, mereka sudah berbuat di luar batas kewajaran, menentang dan mendustakannya dengan berbagai macam cara, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Bukti-bukti kedurhakaan dan kezaliman mereka telah begitu nyata dan kuat. Maka Nabi Nuh A.s mendo'akan keburukan bagi mereka, dan Allah SWT mengabulkan do'a dan permintaannya, firman Allah yang artinya :
"Nuh berdoa: "Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku". (Q.S. Al-Mu'minun : 26).
Lalu Allah memperkenankan do'a-nya, firman Allah yang artinya :
"Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami: maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan (adalah Kami). Dan Kami telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari bencana yang besar". (Q.S. Ash-Shaffat :75-76).
Setelah pembuatan kapal itu usai, tiba saatnya perintah dan azab Allah, Nuh di perintahkan untuk mengangkut binatang dan semua makhluk hidup, masing-masing sepasang-sepasang, serta membawa pula makanan yang bernyawa dan yang tidak bernyawa, kedalam kapal, sebagai bekal untuk kelangsungan hidup, beliau juga di perintahkan supaya mengajak keluarganya, kecuali orang-orang yang telah lebih dahulu di tetapkan akan di azabdi antara mereka, yaitu kafir. Saatnya azab itu tiba, Nabi Nuh A.s di perintahkan agar tidak minta penangguhan lagi bagi mereka jika mereka telah di timpa azab yang sangat dhsyat yang memang telah di tetapkan oleh Allah SWT.
Menurut Ibnu Abbas r.a. orang-orang yang beriman dan pengikut Nabi Nuh itu berjumlah tujuh puluh orang, termasuk wanita, semuanya terangkut dalam kapal. Dari bangsa burung yang pertama masuk ke kapal sejenis burung kakatua, yang terakhir dari bangsa hewan adalah keledai.
Nuh berkata : "Naiklah anda sekalian kedalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya". (Q.S Hud : 41).
Setelah para pengikut Nabi Nuh masuk ke dalam kapal berikut binatang sepasang-sepasang. Permukaan bumi semuanya memancarkan sumber-sumber air sampai tempat-tempat pengapian sekalipun juga memancarkan sumber air. Kapalpun lambat-laun menjadi terapung, seluruh permukaan bumi di landa banjir, air terus membumbung tinggi melibas dan menelan segala permukaan bumi termasuk gunung-gunung yang menjulang tinggi.
Sebagai seorang ayah, rasa tidak tega dan kasihan kepada anaknya, kan'an, membuat Nabi Nuh terus berusaha membujuk dan mengajaknya beriman dan naik ke dalam kapal bersamanya, tetapi si anak durhaka yang tidak tahu di untung itu, tetap dalam ke kafiran dan tidak mau mengikuti ayahnya, Nabu Nuh A.s. Firman Allah SWT yang artinya :
"Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir". Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan". (Q.S. Hud : 42-43).
Nabi Nuh A.s berseru kepada tuhannya sambil berkata : "Ya tuhanku, sesungguhnya anaku, termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji engkau itulah yang benar dan engkau adalah hakim yang seadil-adilnya". "Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan". Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi". (Q.S Hud : 45-47).
Kapal Nabi Nuh berlayar dalam pengawasan Allah SWT, setelah semua penghuni bumi telah binasa dan tidak ada seorangpun yang tersisa, maka Allah Azza wajallah memerintahkan kepada bumi agar menelan kembali air yang telah di pancarkan dan di semburkannya dan memerintahkan langit agar menghentikan hujan, maka air menjadi surut sampai akhirnya kapal NabI Nuh pun berlabuh dengan selamat.
Jarak antara Adam dan Nuh adalah sepuluh abad, sebagaimana yang di ceritakan Al-Hafizh Abu Hatim bin Hibban, di dalam kitab shahih-nya, bahwa pernah ada seseorang yang berkata : "Ya Rosulullah, apakah Adam itu seorang Nabi?". Beliau menjawab : "Ya". "Beberapa lama jarak antara dirinya dengan Nuh?" tanyanya lebih lanjut. Beliau menjawab : "Sepuluh abad".
Para ulama berbeda pendapat bahwa Nuh A.s, di utus oleh Allah SWT ketika manusia telah menyimpang jauh dari ajaran tuhan yang di bawa oleh nabi sebelumnya, hal ini bisa jadi karena rentang waktu antara Nuh dengan nabi sebelumnya sangat jauh, mereka menyembah berhala tenggelam dalam kesesatan dan ke kafiran, kemudian Allah SWT mengutus Nuh A.s, sebagai rahmat bagi umat manusia.
Allah SWT telah menceritakan di dalam Al-qur-an tentang kisah Nuh dan kaumnya, serta azab berupa taufan yang di turunkan kepada mereka yang kafir, serta bagaimana Allah menyelamatkan Nbi Nuh A.s beserta para pengikutnya yang menumpang kapal bersamanya, kisah tersebut di jumpai di dalam beberpa surat Al-qur-an yaitu dalam surat, Al-A'raf, Yunus, Hud, Al-Anbiya, Al-Mu'minun, Asy-Syura, Al-Ankabut, Ash-Shaffat dan surat Al-Qomar. Bahkan Nuh di tetapkan sebagai nama surat di Al-qur-an.
Nabi Nuh A.s tidak henti-hentinya menyerukan kaumnya agar beriman dan menyembah hanya kepada Allah, namun kaumnya tetap saja melawan dan mendustakannya bahkan menantang Allah agar mendatangkan azab, jika ia benar. Sebagaimana firman Allah yang artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan". Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?" Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui". Dan (dia berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran? Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar". Nuh menjawab: "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan". (Q.S. Hud : 25-34).
Jaman terus berlalu dalam rentang waktu yang cukup panjang, sementara perseteruan dan perdebatan antara Nuh A.s dan kaumnya pun terus berlangsung, selama hampir seribu tahun lamanya Nabi Nuh A.s hidup di tengah-tengah kaumnya, menyerukan mereka agar beriman dan menyembah kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT yang artinya :
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim". (Q.S. Al-Ankabut : 14).
Sekalipun Nuh menyerukan kaumnya dalam waktu yang sangat lama dan panjang, tetapi tidak ada yang beriman kepada Nuh A.s, kecuali hanya sedikit sekali dari mereka, setiap pergantian generasi berlangsung, mereka senantiasa berpesan kepada generasi baru itu agar tidak beriman kepada Nabi Nuh A.s, supaya melawan dan melanggarnya. Setiap orang tua pada saat itu, ketika melihat anaknya tumbuh dewasa, maka akan segera menasehati anaknya tersebut supaya tidak beriman kepada Nuh untuk selamanya, selama hidupnya.
Adalah sudah menjadi watak dan karakter mereka yang selalu menolak ke imanan dan enggan mengikuti kebenaran. Oleh karena itu Allah SWT berfirman yang artinya :
"Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir". (Q.S. Nuh : 27).
Kemudian Allah memerintahkan kepada Nuh agar membuat bahtera (perahu), maka Nabi Nuh A.s membuat perahu besr dari kayu yang pohonnya telah di tanamnya seratus tahun yang lalu. Beliau membuat perahu atas petunjuk, arahan dan dalam pengawasan Allah SWT. Firman Allah yang artinya :
"Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan". (Q.S. Hud :37).
Menurut Ibnu Abbas panjang perahu itu seribu dua ratus hasta, sedangkan tinggi kapal tersebut adalah tiga puluh hasta, bertingkat tiga lantai, tinggi masing-masing tingkat sepuluh hasta. Lantai dasar untuk binatang-bintang, lantai tengah untuk tempat manusia, sedangkan lantai ketiga untuk burung-burung. Pintunya terdapat di bagian samping, dan memiliki penutup pada bagian atas dari setiap lantai.
Melihat Nuh membuat perahu, mereka semakin menertawakan dan mengejek Nuh beserta pengikutnya. Sementara itu, Nabi Nuh A.s merasa heran terhadap sikap kaumnya yang tak bosan-bosannya mengejeknya, tiada mau berhenti dari ke kafiran dan ke ingkaran yang mengakibatkan datangnya azab kepada mereka di dunia, dan di kahirat pun mereka akan mendapatkan azab yang sangat pedih.
Ketika Nabi Nuh A.s melihat tidak adanya kebaikan dan keberuntungan pada diri mereka, mereka sudah berbuat di luar batas kewajaran, menentang dan mendustakannya dengan berbagai macam cara, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Bukti-bukti kedurhakaan dan kezaliman mereka telah begitu nyata dan kuat. Maka Nabi Nuh A.s mendo'akan keburukan bagi mereka, dan Allah SWT mengabulkan do'a dan permintaannya, firman Allah yang artinya :
"Nuh berdoa: "Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku". (Q.S. Al-Mu'minun : 26).
Lalu Allah memperkenankan do'a-nya, firman Allah yang artinya :
"Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami: maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan (adalah Kami). Dan Kami telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari bencana yang besar". (Q.S. Ash-Shaffat :75-76).
Setelah pembuatan kapal itu usai, tiba saatnya perintah dan azab Allah, Nuh di perintahkan untuk mengangkut binatang dan semua makhluk hidup, masing-masing sepasang-sepasang, serta membawa pula makanan yang bernyawa dan yang tidak bernyawa, kedalam kapal, sebagai bekal untuk kelangsungan hidup, beliau juga di perintahkan supaya mengajak keluarganya, kecuali orang-orang yang telah lebih dahulu di tetapkan akan di azabdi antara mereka, yaitu kafir. Saatnya azab itu tiba, Nabi Nuh A.s di perintahkan agar tidak minta penangguhan lagi bagi mereka jika mereka telah di timpa azab yang sangat dhsyat yang memang telah di tetapkan oleh Allah SWT.
Menurut Ibnu Abbas r.a. orang-orang yang beriman dan pengikut Nabi Nuh itu berjumlah tujuh puluh orang, termasuk wanita, semuanya terangkut dalam kapal. Dari bangsa burung yang pertama masuk ke kapal sejenis burung kakatua, yang terakhir dari bangsa hewan adalah keledai.
Nuh berkata : "Naiklah anda sekalian kedalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya". (Q.S Hud : 41).
Setelah para pengikut Nabi Nuh masuk ke dalam kapal berikut binatang sepasang-sepasang. Permukaan bumi semuanya memancarkan sumber-sumber air sampai tempat-tempat pengapian sekalipun juga memancarkan sumber air. Kapalpun lambat-laun menjadi terapung, seluruh permukaan bumi di landa banjir, air terus membumbung tinggi melibas dan menelan segala permukaan bumi termasuk gunung-gunung yang menjulang tinggi.
Sebagai seorang ayah, rasa tidak tega dan kasihan kepada anaknya, kan'an, membuat Nabi Nuh terus berusaha membujuk dan mengajaknya beriman dan naik ke dalam kapal bersamanya, tetapi si anak durhaka yang tidak tahu di untung itu, tetap dalam ke kafiran dan tidak mau mengikuti ayahnya, Nabu Nuh A.s. Firman Allah SWT yang artinya :
"Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir". Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan". (Q.S. Hud : 42-43).
Nabi Nuh A.s berseru kepada tuhannya sambil berkata : "Ya tuhanku, sesungguhnya anaku, termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji engkau itulah yang benar dan engkau adalah hakim yang seadil-adilnya". "Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan". Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi". (Q.S Hud : 45-47).
Kapal Nabi Nuh berlayar dalam pengawasan Allah SWT, setelah semua penghuni bumi telah binasa dan tidak ada seorangpun yang tersisa, maka Allah Azza wajallah memerintahkan kepada bumi agar menelan kembali air yang telah di pancarkan dan di semburkannya dan memerintahkan langit agar menghentikan hujan, maka air menjadi surut sampai akhirnya kapal NabI Nuh pun berlabuh dengan selamat.
Firman Allah yang artinya :
"Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim". (Q.S Hud : 44).
Firmna Allah selanjutnya yang artinya :
"Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami". (Q.S Hud : 48).
Setelah peristiwa taufan dan banir bandang itu, menurut Ibnu Abbas, Nabi Nuh masih hidup tiga ratus tahun lima puluh tahun lagi. Sedangkan menurut Ibnu Asakir di dalam mukhtasarnya, bahwa ketika kaum Nabi Nuh telah musnah, sementara Nuh dan orang-orang shaleh yang mengikutinya selamat.
Ia dan pengikutnya datang ke Al-Bait (Baitullah) menyembah kepada Allah disana, hingga meninggal dunia. Sesungguhnya kubur Nabi Hud, Nuh, Shaleh dan Syu'aib berada di antara zam-zam, Ar Rukn dan Al-Maqam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan